Selamat Datang

Semoga Keberkahan selalu menyertai Saudara..amin
Selalu Kunjungi kami & ikuti Program KSB..
Salam Berkah Berlimpah Berjama'ah
Jangan Lupa Tinggalkan pesan dibuku tamu yaa... :)

Senin, 21 Januari 2013

Sharing, Berbagi? Atau Riya?
Kalau punya amal yang bagus,
mbok ya jangan disimpen sendirian.
Sama dengan ungkapan: Kalau punya ilmu, pengalaman, mbok ya dishare. Dibagi ke yang lain. Sesiapa yang menyimpan ilmu, malahannya di neraka. Barangkali sebab di antaranya adalah ga manfaatnya itu ilmu kalo disimpan buat sendirian saja. Uang pun begitu. Kenapa dia menjadi riba, salah satunya adalah ketika uang itu tidak digulirkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi. Didiamkan. Semua harus dimanfaatkan dan diperbesar manfaatnya. 
Sebut saja, Rio, jadi pengusaha setelah sempat menjadi seorang manager salah satu super store sebagai karir tertingginya. Ia merasa berkah yang ia dapat selama ini salah satu sebabnya adalah sabab ia mendawamkan (baca: merajinkan) membaca surah al Waaqi’ah saban habis shubuh dan ashar. Juga sebab dhuhanya atas izin Allah. Ia jaga Waaqi’ah dan dhuhanya ini menjadi pakaiannya sedari ia menjadi santri. Ia belah Surah al Waaqi’ah di 8 rakaat dhuha. Ya, Surah al Waaqi’ah sepanjang 96 ayat, ia bagi dalam 8 rakaat shalat dhuha. Ia baca di dalam shalat dhuha. Bukan di luar shalat. Kecuali ba’da ashar.
“Waaqi’ah itu kelihatannya panjang. Tapi sesungguhnya jika ia dibaca dalam speed yang agak dipercepat dikit, namun tidak terlampau cepat, ia hanya menghabiskan kurang dari 5 menit sahaja,” begitu kata Rio dalam satu kesempatan menjelaskan bila al Waaqi’ah dibaca di luar shalat.
Surah al Waaqi’ah adalah Surah ke-56 setelah Surah ar Rohmaan. Isinya tentang petunjuk agar tidak masuk neraka dan masuk surganya Allah. Jalan lurus. Yang memang kalau lurus jalan seseorang, hidup akan senanglah. Surah al Waaqi’ah juga mengajarkan tauhid. Ngegantung kepada Allah saja. Dan sesiapa yang menggantungkan hanya kepada Allah, kaya juga lah ia. Dan surah al Waaqi’ah adalah seperti surah-surah lain. Mengandung keberkahan. Sebab ia adalah Kalam Allah. Wahyu dari Allah. Diturunkannya juga di waktu yang penuh berkah. Sehingga ia adalah sesuatu yang berkah. Bila dibaca secara dawam (terus-terusan), sungguh akan berasa banget keberkahannya. Di antaranya di urusan rizki, kesehatan, ketenangan, dan keselamatan. Selain tentu saja berpahala bukan maen banyaknya. 1 huruf dari al Qur’an berpahala 10 sampe 700x lipat dan hingga ke bilangan yang Allah saja yang tahu. Dan huruf-huruf di Surah al Waaqi’ah adalah juga huruf-huruf di Surah yang lain dari al Qur’an. Bukan huruf biasa. Semua hurufnya memiliki kekuatan, sebab sekali lagi ia bukan huruf biasa. Subhaanallaah.
Adapun shalat dhuha, adalah shalat yang dikerjakan di pagi hari. Di Indonesia, kira-kira jam 07 pagi sampe kira-kira jam 10 dah. Shalat sunnah yang berkategori shalat sunnah mu-akkadah. Shalat yang teramat penting. Bukan sunnah biasa.
Rio memiliki 2 amal ini. Amal membiasakan membaca Waaqi’ah dan shalat dhuha. Hingga Rio pun merasa berkah hidupnya.
Wajar bila Rio merasa berkah benar. Dia memiliki istri anak saudagar. Anak-anaknya saleh-salehah. Jilbab melekat di kepala anak-anak gadisnya yang belum lagi menginjak remaja. Anak laki-lakinya mudah benar diajak ke masjid. Semuanya penurut. Dia pun dikarunia pekerjaan yang menentramkan, dan istrinya mengelola usaha mandiri untuk menopang ekonomi keluarganya. Seminggu bisa 2-3x keluarga ini masih bisa menyempatkan mengaji ke berbagai pengajian yang ia jelajahi di Jakarta dan sekitarnya. 2 kendaraan yang siap mengantar Rio dan istrinya, disediakan Allah dengan cara-cara-Nya yang amazing. Bukan sabab ngumpulin uang, dan bukan pula sebab kredit.
“Mobil istri saya, dari mertua,” cerita Rio sambil terkekeh kecil. “Sedang mobil saya, hasil dari sedikit saya sekolah di luar negeri. Menghemat pengeluaran dari anggaran beasiswa.”
Waw, trnyata Rio pun alumni dari perguruan tinggi di luar negeri…
***
Satu hari dia mengikuti ceramah. Dan pasca ceramah inilah didapat kisah hebat ini. Kisah yang mestinya menginspirasi banyak orang andai Rio ini mau berbagi. Atas nama menjaga kesucian amal, akhirnya banyak orang-orang yang mestinya terinsipirasi, akhirnya malahan tidak tahu. Istilahnya, banyak yang bisa diajak ke surga, tapi akhirnya berangkat ke surga sendirian.
Ya, cerita ini didapat ketika memang Rio mendapati ustadznya di satu pengajian bercerita tentang keutamaan Waaqi’ah. Dan ia pun tahu keutamaan amal lain yang disukai ustadznya ini bila berceramah; Keutamaan Baca al Qur’an, Dhuha, Sedekah, dan Shalat Malam. Makanya kemudian cerita yang terpendam sekian lama ini akhirnya dia share. Sangat jarang dia share kisahnya ini.
“Benar kata Ustadz,” begitu dia berkata ketika mendekat ke ustadznya ini.
“Benar bagaimana?”
“Tadi, cerita tentang seorang santri yang menjaga Waaqi’ahnya sehabis shubuh, lalu mengantarkan santri itu mendapatkan beasiswa studi S1 ke Kairo.”
Di pengajian, Rio mendengar ustadz yang dipanggilnya ini bertutur tentang kehebatan di balik amalan-amalan sunnah. Tanpa sengaja, ustadznya ini tiba-tiba mencontohkan seorang santri yang biasa mengaji Surah al Waaqi’ah.
Surah al Waaqi’ah ini, berisi kurang lebih 1700-an huruf. “Katakanlah 1700 huruf,” begitu Rio mendengar Ustadznya ini bercerita.
“Satu huruf, biharfi amtsaalihaa. Satu huruf dibalas 10x lipat. La aquulu alif laam miim, harfun. Tidak kusebut, sabda Rasul, alif laam miim itu satu huruf. Melainkan alif harfun laam harfun, dan miim harfun. Alif laam miim, 3 huruf. 3 huruf dikali 10 kebaikan, maka ia mengandung 10 kebaikan. Jika si santri tersebut membaca surah al Waaqi’ah saban hari sekali, maka setiap hari ia mengantongi 1700 huruf x 10 kebaikan; 17rb kebaikan. Dikali 30-31 hari dalam sebulan, dikali 12 bulan dalam setahun, dikali 6 tahun dia menjadi santri; Tsanawiyah ‘Aaliyah (SMP/SMU). Jumlah totalnya: 37.230.000,-”.
Saat itu Rio tersenyum. “Ustadz ini koq matematis sekali,” gitu katanya. “Masa pake dihitung segala “berapa yang didapat” ini santri ketika dia membiasakan membaca al Waaqi’ah selama 6 tahun.”
Sampe sini ada pembaca barangkali yang merasa ustadznya yang dimaksud di atas adalah saya. Yusuf Mansur. Saya hanya menjawab, “Iya kali”. Untuk menjaga “kerahasiaan amal”, he he he.
Tapi Rio mulai tersentak, ketika Ustadz ini melanjutkan:
Bagaimana kira-kira Surah al Waaqi’ah mengantarkan santri tersebut menembus Kairo? Begini. Perhitungan 37.230.000 itu adalah reward kalau seseorang baca al Qur’an tanpa mengerti maknanya, baca terbata-bata, ga paham tajwidnya. Beda dengan seorang santri. Karena ia santri, insya Allah ia paham maknanya, lancar bacanya, dan mengerti hukum-hukum bacaannya. Maka, balasannya: ilaa sab’i mi-ati dhi’fin; sampe 700x lipat. Jadi, perhitungan score rewardnya bukan bilangan pengali 10. Bukan 1700x10x365x6. Tapi 1700x700x365x6, atau menjadi 2.606.100.000,- (dua milyar enam ratus enam juta seratus ribu rupiah).
Sebagaimana kita maen game, maka kehidupan kita demikian pula. Dunia ini permaenan. Ada punishment, ada reward. Punishment bisa dituker oleh Allah dengan apa aja. Juga reward. Reward amal saleh itu bisa ditukar dengan apa saja yang kita butuhkan, yang kita perlukan, di dunia ini. Dan Allah lah nanti yang memakaikan, yang memantaskan. Dari rangkaian reward itu ada yang ditukar dengan kesehatan, kepanjangan umur, kesalehan itu santri, terjaganya santri dari bala bencana, hingga ke orang-orang sekitar santri itu sendiri; untuk orang tuanya, untuk saudara-saudaranya, untuk istri di masa depannya. Untuk anak keturunannya di masa depannya. Dan sebagainya. Maka, jika dilihat dari amalan Surah al Waaqi’ah saja, menjadi sangat masuk akal dan logis bila saya menyebut wajar sekali bila santri tersebut bisa nembus Kairo dan mendapatkan sejumlah keberkahan.
Begitu si ustadz itu menjelaskan kepada jamaah yang di antaranya Rio duduk di tengah-tengahnya.
“Dan itu belum dihitung dari amal-amal lain…”
Rio tersentak. Selama ini dia ga menghitung-hitung. Ngapain juga dihitung-hitung? Percayakan saja sama Allah, demikian dia berprinsip selama ini. Tapi kini dia sangat tertarik. Betul-betul sangat tertarik. “Dengan lebih tahu, akan lebih bersyukur, lebih bersemangat, dan insya Allah tidak menjadikan jadi hitung-hitungan. Sedang yang dimaksud dengan hitung-hitungan bukan seperti yang di benak orang juga. Maksudnya, jangan kayak ngebantu kepada manusia. Seperti jual beli. Belinya kan semangkok, masa ngasih 2 mangkok. Jangan kayak kerja sama manusia. Kan dah disepakati 8 jam. Ya udah, 8 jam saja. Saya ga mau kerja lebih dari 8 jam. Atau dengan mengatakan, oh, itu bukan tugas saya. Saya disuruh sama kantor begini dan begitu. Sedang tugas yang itu, bukan tugas saya. Kiranya, jangan menghitung-hitung tuh lebih kepada itu.”
Rio tersenyum akan kebaikan Allah memberinya hidayah dan taufiq, hingga diringankan membaca Surah al Waaqi’ah dan menjaganya hingga kini.
Rio bercerita, bahwa dirinya membacanya bahkan 2x dalam sehari. Bersama kawan-kawan sekamarnya saat ia menjadi santri. Dan ia mengakui, bahwa kawan-kawannya semua mendapatkan keanehan (baca: keajaiban). Termasuk jalan cerita studi beasiswa ke luar negeri. Kawan-kawannya sekamar ini rata-rata mendapatkan beasiswa studi overseas. Tidak selalu jalur kedutaan, jalur beasiswa biasa. Cerita-cerita ajaib terjadi.
“Mudah-mudahan saya tidak riya nih Ustadz, ketika bercerita ini…”
Rio mulai bercerita…
Dan itulah, kemudian cerita tentang keberkahan hidupnya Rio, terungkap. Dia mengaminkan kehebatan (fadhilah) al Waaqi’ah, dhuha, dan sebagainya.
“Apalagi kalau Rio berkenan men-sharenya ke orang yang lebih banyak lagi. Tulis pengalaman Rio tersebut di koran-koran, di blog, di milis, di facebook, di twitter, di internet. Di mana sajalah. Sampaikan di setiap kesempatan. Di forum-forum. Di pertemuan-pertemuan. Bahkan, menyengaja saja mendatangi adik-adik kelas di pesantren dulu, dan sampaikan kabar gembira ini, bahwa di balik sunnah yang dilakukan Mas Rio, ada kejayaan, ada kesaksesan, ada jalan-jalan kemuliaan yang sekarang ini Mas Rio rasakan. Jangan sendirian. Jangan menikmati kehebatan amal ini sendirian. Buat sebanyak-banyaknya orang untuk ikut tergerak dan menggerakkan dirinya dan diri orang lain membaca al Waaqi’ah dan sunnnah-sunnah lainnya. Supaya banyak juga orang yang merasakan keutamaannya kelak di hari-hari ke depan ketika Allah mengizinkan seseorang memetik buahnya.”
Ustadz ini masih memberitahu Rio, bahwa ketika Rio men-sharenya kepada satu orang saja, dan orang itu mau meniru Rio, maka itu sudah merupakan kebaikan berganda. Dan inilah dakwah. Syiar. Menjadi wasilah 1 orang saja beramal saleh, bertaubat, memperbaiki diri, beribadah, wuah pahalanya luar biasa. Apalagi bisa melakukan kepada sebanyak-banyaknya orang.
“Rio lihatlah sekeliling Rio. Rio kan manager. Ada anak buah kan? Nah, lihat mereka. Masa “tega” melihat anak buah Rio abadan abadaa menjadi buruh panggul, kuli checker barang, office boy? Angkat mereka. Angkat derajat mereka dengan mengeluarkan amal-amal yang selama ini tersembunyi hanya milik Rio saja. Biarpun keutamaan seseorang bukan terletak di harta dan kedudukan, rasanya seorang muslim pun harus hidup mulia. Adalah hebat bila seorang office boy muslim bisa qana’ah dengan rizkinya sebagai seorang office boy. Tambah hebat lagi bila ia tetap bersyukur dan bersabar, hidup tanpa mengeluh, dan enjoy saja. Namun toh kita akan lebih senang lagi jika ada seorang office boy kemudian menjelma menjadi bos besar, yang kerjaannya memergikan haji orang lain, mengumrahkan karyawan-karyawannya saban bulan belasan hingga puluhan orang, membahagiakan orang tuanya. Sementara office boy itu seperti Mas Rio, tetap tawadhu’, bersabar dalam kesenangan dan kekayaannya, dan istiqamah dalam ibadah dan amalan-amalan sunnahnya. Berubahlah Rio, menjadi da’i.  Menjadi seorang yang senantiasa mengajak orang untuk kebaikan. Jangan berubah sendirian. Ubah juga yang lain. Dan pengalaman sendiri yang diceritakan, terkadang malah lebih bertenaga dan memiliki spirit lebih.
Bila banyak wong cilik di sekitar Rio yang bisa mengikuti jejak Rio, bukan tidak mungkin kehidupan mereka juga berubah, meningkat, maju.
Lihat juga sekeliling kita di rumah, di keluarga, di kerabat. Tidak salah kita memberi mereka uang. Bagus sekali malah. Tidak salah kita memberi mereka kesempatan bekerja. Tidak salah. Bagus sekali malah. Namun, memberi mereka “rahasia kecil” kita juga baik. Memotivasi mereka. Kita memberi, sambil menunjukkan jalan kepada mereka supaya mereka bisa lebih baik dari kita.
Segala amal memang bukan segalanya. Kehendak Allah lah yang segalanya. Kita naik derajat bukan karena sebab amal kita. Tapi karena Allah memang berkehendak. Namun, menjalani seruan-Nya; menegakkan yang wajib, menghidupkan yang sunnah, yang di antaranya adalah membaca al Qur’an (membaca al Waaqi’ah termasuk membaca al Qur’an, web admin), adalah juga sebuah keutamaan yang bertaburan pahala dan kebaikan. Bertaburan Janji-Janji Allah akan perubahan hidup, perbaikan hidup, kejayaan, kemuliaan, dan kemudahan hidup. Selain surga, ampunan, dan rahmat Allah tentunya.”
Rio “masih” bertanya kecil kepada si ustadz, “Ketika saya bercerita kepada seseorang yang lain, itu tidak termasuk riya ya?”
Nah, menyikapi pertanyaan kecil Rio ini, dan berangkat dari penjelasan yang terkandung di tulisan ini, what do you think? Apa pendapat Saudara semua?
Saya tunggu ulasan menariknya di modul yang sudah disiapkan, sebelum kemudian meneruskan ke Case no. 5. Saudara bisa memberi contoh-contoh yang lain.
Berikut saya kasih kisi-kisinya, sekaligus sebagai tugas tulisan Saudara…
Tugas Buat Onliners:
Berikan ulasan mengenai penjelasan di atas dan pertanyaan Rio tadi, dengan kisi-kisi seperti pertanyaan di bawah ini...
  1. Bagaimana caranya mengajarkan pengalaman, share pengalaman, tapi ga masuk riya’ dan sum’ah? Sedikit petunjuk: Riya = Supaya dilihat orang. Sum’ah = Kepengen didengar orang; Amal-amal kita diperdengarkan dan diperlihatkan ke orang lain dengan tujuan pujian.
  2. Bisakah membedakan antara memperdengarkan dan memperlihatkan amal ke manusia dengan ke Allah? Pemilik segala nilai dan pembalasan?
  3. Jika mengajar orang lain untuk beramal, apakah menurut Saudara boleh bercerita testimoni/pengalaman pribadi? Di mana terkandung cerita tentang amal pribadi juga yang dilakukan?
  4. Jika sengaja memberitahu amal yang kita lakukan dengan tujuan mempengaruhi agar orang melakukan juga, dan dengan tujuan agar mendapatkan pahala dari kebaikan perbuatan yang mengikuti, gimana menurut Saudara?
  5. Jika dengan bercerita tentang amalan pribadi dan pengamalan pribadi dari pengalaman pribadi, lalu dengan cerita itu bisa berubah hidup orang, menurut Saudara?
  6. Jika Saudara khawatir amal menjadi riya, apakah Saudara memilih tetap menyembunyikan amal Saudara? Dan memilih tidak belajar untuk belajar menahan diri untuk tidak riya’? Apakah sebaliknya? Saudara mencoba mengatur perasaan dan emosi, ketika menyampaikan, supaya bisa menyampaikan kebenaran dan menghasilkan barisan orang-orang yang berubah?
  7. Cari ayat-ayat dan hadits-hadits tentang riya dan sum’ah, dan ayat al Qur’an/hadits tentang dakwah/syiar; pelajari dan buat artikel kecilnya.
Selamat menulis dan berdiskusi ya antar-onliners. Kirim tulisan ke: Kolom di bawah ini.


Munajat
Ya Allah, ketika hamba-Mu ini meyakini bahwa amal saleh yang Engkau dan Rasul-Mu ajarkan, benar-benar bisa seperti yang Engkau ajarkan, apakah kami salah dalam bertauhid? Dengan bersedekah, dengan dhuha, dengan tahajjud, dengan baca al Qur’an, dengan shalat tepat waktu berikut qabliyah ba’diyahnya, kami beroleh banyak rizki, keselamatan dari bala, kesembuhan dari penyakit, panjang umur, keluarga terlindungi, ilmu yang bertambah, pikiran yang tenang, dan lain sebagainya.
Ya Allah, bolehkah bila kami menyebutnya sebagai berkahnya dari menyambut ajaran-Mu dan ajaran Rasul-Mu? Kami percaya, kami mengikuti, kami mengamalkan, dan kami bahagia kami mendapatkan keberkahannya?
Ya Allah, bimbinglah kami supaya kami tidak salah dalam bertauhid. Termasuk tidak salah dalam beramal saleh.
Ya Allah, bila kemudian kami merasakan betapa benarnya Janji-Mu, dan Engkau beri kami pengetahuan akan itu, lalu kami sampaikan kepada saudara-saudara kami yang belum mengetahuinya, apakah juga Engkau perkenankan ya Allah? Atau jangan-jangan Engkau malah menyuruh kami untuk mengajak yang lain? Hanya barangkali kaminya saja yang tidak tahu? Ya, bukankah Engkau menyuruh kami menyampaikan risalah Rasul-Mu? Bahkan Rasul-Mu, Muhammad shalla ‘alaih pernah meminta kami semua: Ballighuu ‘annii wala aayatan; sampaikanlah dariku kepada yang lain walau hanya 1 ayat.
Ya Allah, bila boleh, dan bahkan jika memang harus berdakwah, maka riangkanlah hati kami dengan hadirnya orang-orang yang berhusnudzdzan kepada kami dan membantu perjuangan dakwah kami. Betul ya Allah, jika berdakwah adalah satu kewajiban buat kami menyampaikan Kebenaran-Mu, maka mudahkanlah jalan itu untuk kami. Dan jadikanlah metode berbaginya kami sebagai sebuah dakwah juga adanya, bukan termasuk pekerjaan membacakan amal kami di hadapan makhluk-Mu.
Ya Allah, jadikanlah kawan-kawan sekitar kami menjadi termotivasi untuk beribadah. Menjadi termotivasi untuk meningkatkan ibadah. Dan menjadi termotivasi untuk terus mendekatkan diri kami semua kepada-Mu.
Subhaanaaka laa ‘ilma lanaa illaa maa ‘allamtanaa innaka antal ‘aliimul hakiim; Maha Suci Engkau ya Allah. Tidak ada ilmu buat kami kecuali Engkau yang mengajarkan. Rabb, ajarkan kepada kami ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang membuat kami bertambah-tambah dekatnya kepada Engkau dan semakin cinta kepada Rasul-Mu dan ajaran-ajarannya. Bantu kami di setiap usaha kami mengajak orang lain ya Allah. Dan bila kami boleh memetik juga buah dari perjalanan dakwah kami, dengan cara-cara yang kami anggap bagus, santun, dan berdaya, maka jadikan segala keutamaan dakwah itu untuk kebagusan keluarga kami, kebagusan anak-anak kami dan keturunan-keturunannya, kebagusan orang-orang tua kami, kebagusan guru-guru kami, kebagusan saudara-saudara kami seiman, kebagusan dunia dan akhiratnya kami. Amin Allahumma aamiin.